|
Jumat, 02 November 2012
NAMA NAMA ISLAMI
Selasa, 30 Oktober 2012
Daftar Persamaan Transistor
PERSAMAAN TRANSISTOR |
||
Nomor Transistor |
EROPA |
AMERIKA |
BC107
BC108 BC109 BC147 BC148 BC149 BC171 BC172 BC173 BC182 BC183 BC184 BC207 BC208 BC209 BC237 BC238 BC239 BC317 BC318 BC319 |
BC107
BC107 BC109 BC147 BC147 BC149 BC239 BC237 BC239 BC237 BC237 BC239 BC207 BC207 BC209 BC237 BC237 BC239 BC167 BC167 BC169 |
2N929
2N929 2N930 A747 A747 A749 2N5827 2N5825 2S5827 2N5825 2N5825 2N5827 2N4966 2N4966 2N4967 2N5825 2N5825 2N5827 2N5209 2N5209 2N5210 |
PERSAMAAN TRANSISTOR |
||
Nomor Transistor |
EROPA |
AMERIKA |
BC347
BC348 BC349 BC382 BC384 BC407 BC408 BC409 BC413 BC414 BC415 BC547 BC548 BC549 BC582 BC583 BC584 |
BC167
BC167 BC169 BC237 BC239 BC207 BC207 BC209 BC239 BC239 BC307 BC338 BC547 BC548 BC237 BC239 BC239 |
2N5209
2N5209 2N5210 2N5825 2N5827 2N4966 2N4966 2N4967 2N5827 2N5827 2N6015 2N5818 2N5818 2N5818 2N5825 2N5827 2N5827 |
PERSAMAAN TRANSISTOR |
||
Nomor Transistor |
EROPA |
AMERIKA |
BC157
BC158 BC159 BC177 BC178 BC204 BC205 BC212 BC213 BC214 BC250 BC251 BC252 BC261 BC262 BC263 BC307 BC308 BC309 BC320 BC321 BC322 BC350 BC351 BC352 BC415 BC416 BC417 BC412 BC413 BC414 BC357 BC358 |
BC157
BC157 BC159 BCY70 BCY70 BC204 BC204 BC307 BC309 BC309 BC307 BC566B BC307 BCY71 BCY71 BCY71 BC307 BC307 BC309 BC320 BC320 BC320 BC320 BC320 BC322 BC287 BC309 BC204 BCX95 BC239 BC239 BC320 BC238 |
-
- - - 2N3965 2N3965 2N4249 2N4248 2N6015 2N6003 2N6003 2N6015 2N6017 2N6015 2N3965 2N3965 2N6015 2N6015 2N6003 2N5086 2N5086 2N5087 2N5066 2N5066 2N5067 2N6015 2N6003 2N4249 2N2222A 2N5827 2N5827 2N5086 2N8025 |
Daftar Persamaan Transistor
PERSAMAAN TRANSISTOR |
||
Nomor Transistor |
EROPA |
AMERIKA |
BC107
BC108 BC109 BC147 BC148 BC149 BC171 BC172 BC173 BC182 BC183 BC184 BC207 BC208 BC209 BC237 BC238 BC239 BC317 BC318 BC319 |
BC107
BC107 BC109 BC147 BC147 BC149 BC239 BC237 BC239 BC237 BC237 BC239 BC207 BC207 BC209 BC237 BC237 BC239 BC167 BC167 BC169 |
2N929
2N929 2N930 A747 A747 A749 2N5827 2N5825 2S5827 2N5825 2N5825 2N5827 2N4966 2N4966 2N4967 2N5825 2N5825 2N5827 2N5209 2N5209 2N5210 |
PERSAMAAN TRANSISTOR |
||
Nomor Transistor |
EROPA |
AMERIKA |
BC347
BC348 BC349 BC382 BC384 BC407 BC408 BC409 BC413 BC414 BC415 BC547 BC548 BC549 BC582 BC583 BC584 |
BC167
BC167 BC169 BC237 BC239 BC207 BC207 BC209 BC239 BC239 BC307 BC338 BC547 BC548 BC237 BC239 BC239 |
2N5209
2N5209 2N5210 2N5825 2N5827 2N4966 2N4966 2N4967 2N5827 2N5827 2N6015 2N5818 2N5818 2N5818 2N5825 2N5827 2N5827 |
PERSAMAAN TRANSISTOR |
||
Nomor Transistor |
EROPA |
AMERIKA |
BC157
BC158 BC159 BC177 BC178 BC204 BC205 BC212 BC213 BC214 BC250 BC251 BC252 BC261 BC262 BC263 BC307 BC308 BC309 BC320 BC321 BC322 BC350 BC351 BC352 BC415 BC416 BC417 BC412 BC413 BC414 BC357 BC358 |
BC157
BC157 BC159 BCY70 BCY70 BC204 BC204 BC307 BC309 BC309 BC307 BC566B BC307 BCY71 BCY71 BCY71 BC307 BC307 BC309 BC320 BC320 BC320 BC320 BC320 BC322 BC287 BC309 BC204 BCX95 BC239 BC239 BC320 BC238 |
-
- - - 2N3965 2N3965 2N4249 2N4248 2N6015 2N6003 2N6003 2N6015 2N6017 2N6015 2N3965 2N3965 2N6015 2N6015 2N6003 2N5086 2N5086 2N5087 2N5066 2N5066 2N5067 2N6015 2N6003 2N4249 2N2222A 2N5827 2N5827 2N5086 2N8025 |
1. Prinsip Kerja Catu Daya Linear
Perangkat elektronika mestinya
dicatu oleh suplai arus searah DC (direct
current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau
accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang
membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu
daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga
listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah
arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya
(power supply)
linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu
daya yang ter-regulasi.
2. PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling
sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator (T1) diperlukan
untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya
menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda (D1)
berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC dan meneruskan tegangan
positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half
wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti
pada gambar-2.
Tegangan positif phasa yang pertama
diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke
beban R1 dengan CT transformator sebagai common
ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan
gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti
misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk
tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua
rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R.
Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi
rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis
lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1
dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus
tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari
besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka
kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar,
kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk
gigi gergaji dengan tegangan ripple
yang besarnya adalah :
Vr
= VM -VL
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM
+ Vr/2
Rangkaian
penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple (Vr) paling
kecil. VL adalah tegangan discharge
atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL
= VM e -T/RC
Jika
persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperole
Vr
= VM (1 – e -T/RC)
Jika
T << RC, dapat ditulis : e -T/RC 1 – T/RC»
sehingga
jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih
sederhana :
Vr
= VM(T/RC)
VM/R
tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban
arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini
efektif untuk mendapatkan nilai tegangan ripple yang diinginkan.
Vr
= I T/C
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar,
maka tegangan ripple
akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin
kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu
gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika
frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini
berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh,
tentu saja frekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01
det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat
dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan
menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda
seperti pada gambar-5 berikut ini.
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah
gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban
sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini
memiliki tegangan ripple
yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe
elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan
kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu
daya. Anda barangkali sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat
mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat,
apakah tegangan ripple
ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian
besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
3. Voltage Regulator
Rangkaian
penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya
kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka
tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas,
jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk
beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan
komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator
Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh
karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini
selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
Berikut
susunan kaki IC regulator tersebut.
Misalnya
7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan
+12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang
berturut-turut adalah regulator tegangan -5 dan -12 volt.
Selain
dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat
diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC
misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator
variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan
keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Rangkaian
regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini,
zener bekerja pada daerah breakdown,
sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout
= Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari
50mA.
Prinsip
rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt
regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang
paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit.
Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit)
maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator
shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator
seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan
keluarannya adalah:
Vout
= VZ + VBE
VBE
adalah tegangan base-emitor
dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 – 0.7 volt tergantung dari jenis
transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir
pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2
= (Vin – Vz)/Iz
Iz
adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown zener
tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Jika
diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB
pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang
diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumuskan
dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu,
transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan transistor Darlington
yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor
Darlington ,
arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik
regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive
transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak
langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi
bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari
tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-)
= (R2/(R1+R2)) Vout
Jika
tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga
akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian
sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai
arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz
dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp
menjaga kestabilan :
Vin(-)
= Vz
Dengan
mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11)
ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout
= ( (R1+R2)/R2) Vz
Pada
rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.
Sekarang
mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen
lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena
rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap.
Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan
tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan tetap
negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan
juga pembatas suhu (thermal
shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa
komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan
baik.
Hanya
saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa
bekerja, tegangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya.
Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang
direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium
pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus yang besar.
Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus mencapai 1
A.
Posting Oleh info service elektronik
30 0ktober 2012
Sebelum membahas lebih jauh tentang TV berwarna, coba anda
pikirkan bagaimana mungkin sebuah radio bisa kita dengar siarannya atau sebu-
ah TV bisa kita lihat dan dengar siarannya ? Inilah yang disebut teleko-
munikasi ( komunikasi jarak jauh). Komunikasi satu arah ini dapat terjadi
karena ada pemancar dan penerimanya dan masing-masing mempunyai syarat yang
harus dipenuhi agar terjadi komunikasi tersebut. Persyaratannya adalah:
informasi yang dikirim berupa suara (pada
radio) atau suara dan gambar (pada TV) dibawa oleh sinyal pembawa, yang kita
kenal dengan modulasi (rangkaiannya disebut modulator) pada fre-kuensi
tertentu. Pada radio ada dua cara
memodulasi yaitu AM (ampli-tudo modulation)
dan FM (Frequency Modulation), sedangkan
pada TV dengan sistem FM. Frekuensi modulasi inilah yang menjadikan kita dapat
menangkap siaran suatu stasiun radio ataupun stasiun TV. Saat kita mencari
gelombang frekuensi suatu siaran itu artinya kita menyamakan frekuensi penerima
kita dengan frekuensi pemancarnya. Jadi walau ba-nyak siaran radio dan TV
dimana-mana yang tertangkap oleh antena ra-dio / TV penerima di rumah, tetapi
yang dapat kita dengar atau lihat ha-nya satu stasiun pemancar saja pada
frekuensi tertentu. Kalau kita hen-dak mendengarkan atau melihat stasiun
pemancar yang lain, maka kita harus mencari dengan cara merubah frekuensi
penerima kita (di tuning) yang disesuaikan dengan frekuensi dari
pemancar yang kita cari. Inilah proses telekomunikasi satu arah saja, yang satu
memancarkan saja se-dangkan yang lainnya menerima.
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat
melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemu- an roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di
Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi atau teve .
Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hu- kum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elek- tronik. Kemudian berturut-turut ditemukan tabung sinar katoda (CRT), sistem televisi hitam putih, dan sistem televisi berwarna. Tentunya per- kembangan ilmu ini akan terus maju apalagi dengan ditemukannya LCD, yang membuat TV dizaman ini semakin tipis dengan hasil gambar yang tak kalah bagusnya dengan TV tabung.
Jadi dizaman ini kita harus tahu betul tentang TV karena hampir semua rumah tangga mempunyai TV baik yang hitam putih maupun yang berwarna. Anda siap untuk mempelajarinya ?
Televisi (TV) yang kita kenal terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Televisi hitam putih
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat
melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemu- an roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di
Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi atau teve .
Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hu- kum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elek- tronik. Kemudian berturut-turut ditemukan tabung sinar katoda (CRT), sistem televisi hitam putih, dan sistem televisi berwarna. Tentunya per- kembangan ilmu ini akan terus maju apalagi dengan ditemukannya LCD, yang membuat TV dizaman ini semakin tipis dengan hasil gambar yang tak kalah bagusnya dengan TV tabung.
Jadi dizaman ini kita harus tahu betul tentang TV karena hampir semua rumah tangga mempunyai TV baik yang hitam putih maupun yang berwarna. Anda siap untuk mempelajarinya ?
Televisi (TV) yang kita kenal terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Televisi hitam putih
b. Televisi berwarna
Pada televisi hitam putih tidak dapat dilihat gambar sesuai dengan warna aslinya. Apapun yang terlihat dilayar kaca hanya tampak warna hitam dan putih. Hal ini sangat berbeda dengan televisi berwarna, yakni warna gam- bar yang tampil di layar akan terlihat menyerupai aslinya.
Gambar yang kita lihat di layar tele- visi adalah hasil produksi dari sebu- ah kamera. Objek gambar yang di- tangkap lensa kamera
Pengambilan Gambar oleh Kamera dan disalurkan ke TV
akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu merah (R= red), hijau (G=green), dan biru (B=blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi.
Pemancar TV berwarna memancar- kan sinyal-sinyal :
- Audio (bunyi)
- Luminansi (kecerahan gambar)
- Krominansi (warna)
- Sinkronisasi vertikal / horizontal
- Burst
Pada pesawat televisi berwarna, se- mua warna alamiah yang telah dipi- sah ke dalam warna dasar R (red), G (green), dan B (blue) akan dicampur kembali pada rangkaian matriks
warna untuk menghasilkan sinyal lu-
minasi Y dan dua sinyal krominansi, yaitu V dan U menurut persamaan berikut :
Y = +0.30R +0.59G+0.11B V = 0,877 ( R - Y )
U = 0,493 ( B- Y )
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang ditrans- misikan bersama sinyal gambar dalam modulasi frekuensi (FM) untuk meng- hindari derau (noise) dan interferensi. Sistem pemancar televisi yang kita kenal diantaranya: NTSC, PAL, SECAM, dan PAL B. NTSC (National Television System Committee) digunakan di Amerika Serikat,
sistem PAL (Phases Alternating Line) digunakan di Inggris, sis- tem SECAM (Sequen tial Coleur a’Memorie) digunakan di Prancis. Sementara itu, Indonesia sendiri menggunakan sistem PAL B. Hal yang membedakan sistem terse- but adalah: format gambar, jarak frekuensi pembawa, dan pem- bawa suara.
Prinsip Kerja TV Berwarna
Blok diagram sebuah TV berwarna secara lengkap adalah:
Contoh
Rangkaian TV Berwarna
Secara garis besar blok tersebut memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a.Rangkaian Penala (Tuner)
Contohnya dapat dilihat pada gambar
Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masuk (gelombang TV) dari antena dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.
Tuner mempunyai tiga bagian utama sebagai berikut:
● RF Amplifier.
Berfungsi untuk memperkuat sinyal yang diterima antena.
● Lokal Osilator.
Berfungsi untuk membangkitkan si- nyal frekuensi tinggi. Besar frekuensi
osilator dibuat selalu lebih besar di-
bandingkan frekuensi RF yang diteri- ma antena (sebesar frekuensi-RF+IF).
● Mixer.
Oleh mixer sinyal RF dan sinyal
ga 1.000 kali, karena output Tu- ner merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelom- bang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pela- yangan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar.
b.. Penguat IF (Intermediate
Frequency)
c. Rangkaian Detektor Video Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibat- kan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang diredam adalah sinyal suara.
d. Rangkaian Penguat Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai pengu- at sinyal luminan yang berasal dari de- tektor video sehingga dapat menjalan- kan layar kaca atau CRT (catode ray tube}. Di dalam rangkaian penguat vi - deo terdapat pula rangkaian ABL
(automatic brightnees level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang ber- fungsi untuk melindungi rangkaian te- gangan tinggi dari tegangan muatan le- bih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca.
e.Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan in- put secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkannya menjadi konstan.
Gambar diatas Rangkaian AGC. Lingkaran merah menunjukkan komponen AGC yang Berada di dalam Sebagian IC dan Sebagian Tuner
AGC Model Lain. Beberapa merek TV memiliki AGC yang Berdiri Sendiri seperti Ditunjukkan oleh Tanda Silang.
f. Rangkaian Penstabil Penerima
Gelombang TV
Rangkaian penstabil penerima ge- lombang TV di antaranya adalah AGC dan AFT. AGC (automatic gain control) akan menguatkan sinyal jika sinyal yang diterima
terlalu lemah. Sebaliknya, jika sinyal
yang diterima terlalu besar, AGC de- ngan sendirinya akan memperkecil sinyal. Sementara itu, AFT (auto- matic fine tuning) atau penala halus secara otomatis akan mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis.
g. Rangkaian Defleksi Sinkronisasi Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu (gambar 6.77):
● Rangkaian sinkronisasi,
● Rangkaian defleksi vertikal,
● Rangkaian defleksi horizontal,
● Rangkaian pembangkit tegangan tinggi.
Rangkaian Defleksi Sinkronisasi ditunjukkan Batas Garis Hitam
h. Rangkaian Suara (Audio)
Suara yang kita dengar adalah hasil ker- ja dari rangkaian ini sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebe- lumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar.
i. Rangkaian Catu Daya (Power Supply) Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi DC yang selanjut nya didistribusikan ke seluruh rangkaian. Pada gambar 6.79, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah di dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tega- ngan DC ke seluruh rangkaian TV.
j. Defleksi Horisontal dan Tegang- an Tinggi
Rangkaian defleksi horisontal berfungsi untuk menye- diakan arus gigi gergaji untuk di- umpankan kekumparan defleksi yoke, sehingga sinar elektron pa- da CRT dapat melakukan scaning pada arah horisontal dengan benar. Selain itu rangkai- an horisontal juga dimanfaatkan sebagai pembangkit tegangan tinggi (High Voltage) untuk anode CRT serta untuk pembangkit be- berapa macam tegangan mene- ngah dan tegangan rendah lain- nya.
Rangkaian Defleksi Horisontal.
Sebagian Berada Di dalam Trafo Flyback
Bagian-bagian dari rangkaian horisontal meliputi :
● Osilator Horisontal
Sebagai pembangkit pulsa fre- kuensi horisontal. Pada sistem CCIR frekuensi horisontalnya adalah 15.625 Hz, dan pada sis-
tem FCC frekuensi horisontalnya
adalah 16.750Hz.
● Horisontal Driver
Horisontal driver dipakai untuk memperkuat frekuensi horisontal dari osilator guna menyediakan arus yang cukup untuk mendriver transis- tor horisontal output (HOT), sehingga transistor HOT berlaku sebagai sa- klar.
● Horisontal Output (HOT)
Bagian horisontal output berfungsi untuk menyediakan power arus gigi
gergaji untuk diumpankan ke kum- paran defleksi horisontal. Dari tran- sistor HOT kemudian dikopel secara kapasitip ke kumparan defleksi yoke.
Pada umumnya transistor HOT TV
berwarna mendapat tegangan DC
sekitar 110 V.
Trafo plyback (FBT, HVT) dipasang pada bagian HOT, dengan meman- faatkan arus gigi gergaji saat hori- sontal retrace yang dapat menginduk- sikan tegangan sangat tinggi.
● Horisontal AFC (Automatic Frequency Control)
Gambar pada pesawat TV harus sinkron dengan gambar dari pe- mancar TV, oleh karena itu diper- lukan sinkronisasi horisontal dan vertikal. Rangkaian High Pass
Filter (HPF) dipakai untuk memi-
sahkan sinyal sinkronisasi hori- sontal, rangkaian ini mudah sekali dipengaruhi oleh noise, maka osilator horisontal selalu dilengka- pi dengan rangkaian AFC, yang berfungsi untuk menjaga agar fre- kuensi dan phase sinyal horison- tal scanning selalu stabil.
Pada bagian AFC terkadang dipa- sang VR pengatur phasa yang berfungsi untuk mengatur posisi horisontal center.
Dari keterangan di atas untuk lebih Jelasnya diberikan blok diagram khusus bagian warna sebagai berikut:
Diagram Blok Bagian Warna dari TV
fungsi setiap blok dari gambar dalah:
● Colour Amp : Suatu penguat krominan yang menguatkan sinyal nada warna (sekitar 4,43 MHz) dengan bandwidth 2 MHz. Didalamnya me- ngandung sinyal (termodulasi) selisih warna yang telah dilemahkan (V dan U) juga terdapat sinyal ledakan (burst sinyal) dengan denyut sin- kronisasi horisontal.
● Colour splitter (pembelah warna) : memisahkan sinyal V dengan sinyal U dimana signal V diputar 180º sedangkan sinyal U tidak dipu-
tar. Pada blok ini terdapat garis-garis NTSC dan PAL dan beberapa perlawanan.
● Demudulator-V dan Demodulator-U: untuk mendeteksi sinyal V dan sinyal U. Bagian ini menerima gelombang pembawa warna dan sinyal
secara bersamaan dan harus benar-benar sefasa baik sinyal V mau-
pun sinyal U. Jika yang diterima sinyal NTSC maka gelombang pem- bawa yang dimasukkan kedemodulator V harus dimasukkan dalam fasa 90°, sedangkan untuk sinyal PAL gelombang pembawa yang di- masukkan dalam fasa 270°. Jikalau fasa-fasa dari sinyal itu benar, maka sinyal-sinyal ini akan dikuatkan melalui bagian ini dan penguatan untuk kedua sinyal ini tak sama.
● Saklar PAL: selama sinyal NTSC yang masuk, maka saklar PAL me-
lewatkan sinyal yang berasal dari osilator kristal tanpa disertai perge- seran fasa. Sedangkan saat ada sinyal PAL, maka pelewatan sinyal disertai dengan pergeseran fasa 180°, sehingga menjadi 270°.
● FF (Flip-Flop): saklar PAL didrive dari suatu Flip-Flop atau bistable
multivibrator. Flip-Flop ini dikemudikan dengan sinyal clock yang di- sebut sinyal identifikasi yang berasal dari diskriminator fasa yang ke- mudian dikuatkan oleh suatu penguat. Dalam sinyal ledakan, setiap pergantian sinyal garis satu ke sinyal garis berikutnya selalu berubah-
ubah dasanya, karena diskriminator fasapun mengeluarkan suatu te-
gangan bolak-balik.. Selama sinyal NTSC tegangannya positip, dan selama sinyal PAL tegangannya negatif. Dengan menggunakan sinyal clock positip, naka FF dibawa kekondisi yang sedemikian hingga sa- klar PAL selama sinyal-sinyal PAL memutar sinyal sejauh 180°. Pada saat sinyal NTSC masuk, maka penguat akhir horisontal mengirimkan clock yang membuat FF kekondisi stabil yang lain. Maka sekarang saklar PAL berada dalam kondisi yang tidak memutarkan fasanya sinyal.
● BURST Amp : Penguatan sinyal ledakan mengandung sinyal ledak- an, sinyal krominansi dan pulsa dari penguat akhir horisontal. Penguat dapat menguatkan hanya pada saat-saat pulsa horisontal masuk ke penguat. Sinyal ledakanpun dimasukkan selama penguat itu sedang menguatkan, sehingga menghasilkan tegangan output untuk mengontrol BURST Amp melewati ACC dan mematikan warna lewat CK.
● Colour Killer (CK): Untuk menin das penguat warna apabila signal selisih warna / krominan karena sedang menerima siaran hitam putih (azas kontabilitas). Penin- dasan warna ini perlu, agar pada waktu penerimaan hitam putih ba- gian warna tak menguatkan sinyal- sinyal desah yang akan dapat muncul di layar gambar. Namun demikian apabila ada signal nada warna yang dikirimkan ke penguat oleh ledakan akan dihasilkan te- gangan kontrol sehingga colour killer tidak bekerja (colour killer akan bekerja apabila tidak ada signal BURST yang dikirimkan).
● ACC (Automatic Colour Control) : Blok ini bekerjanya sama dengan AGC yaitu mengontrol penguatan secara otomatis, apabila sinyal ledakan naik yang disebabkan oleh naiknya penguatan colour killer maka BURST Amp menghasilkan tegangan ACC yang merupakan tegangan kemudi yang dikirimkan ke colour amp.
● Demodulator (V dan U) : Untuk memisahkan selisih warna dari SPWnya yang di- buat dirangkaian ini. Disini harus dibuatkan SPW sebe- sar 4.43 MHz dari kristal de- modulator yang phasanya sa- ma dengan yang dikirimkan selama diterima garis NTSC, SPW digeser 90º sedangkan selama diterima garis PAL SPW harus digeser 270º. Hasil demodulator yang ma- sih merupakan signal V dan signal U dikuatkan kembali sehing ga berubah lagi men- jadi selisih warna R-Y dan B- Y (merupakan proses keba- likan dari pemancar).
● AFPC (Automatic Frequency and Phase Control) : ber- fungsi agar phasa dan frekuensi dari SPW persis de- ngan yang dikirimkan (mes- kipun ditindas) maka harus di- adakan pengontrolan teruta- ma tegangan VCOnya.
Pelacakan Kerusakan TV
Berwarna
Teknik termudah dan cukup dapat diandalkan untuk melacak kerusakan sebuah TV berwarna adalah menggunakan Teknik Gejala-Fungsi (symptom-function), karena dapat dilihat dengan jelas gejala kerusakan gambar yang terjadi pada layar / CRT maupun gejala kerusakan suara pada speaker.
Sebagai contohnya: asumsikan bahwa video (penerimaan gambar TV) drive transistor adalah rusak. Ini berarti itu akan tidak ada gambar pada CRT. Apakah ini juga berarti bahwa akan tidak ada raster? tentu tidak, karena raster diproduksi oleh rangkaian defleksi vertikal dan horisontal dan memerlukan adanya tegangan tinggi, dimana ini didapatkan dari output horisontal trafo. Jadi CRT akan menyala tetapi akan terlihat sebuah layar kosong. Apakah audio mempunyai efek? tentu tidak Karena sinyal audio mulai keluar sebelum rangkaian drive video. Untuk menyimpulkannya lalu kebenaran bahwa ini tidak ada gambar pada CRT, tetapi ada suara dan raster, hal yang sudah pasti untuk mencurigai salah satunya yaitu drive video atau video output stage.
Di bawah ini akan diberikan tabel bermacam-macam gejala kerusakan sebuah TV berwarna dan perkiraan fungsi rangkaian mana yang menyebabkan kerusakan itu terjadi.
GEJALA YANG TERJADI FUNGSI RANGKAIAN YANG RUSAK
a.TV mati total (lampu indi kator tak menyala)
- Rangkaian catu daya. Rangkaian regu- lator input sampai output. Perhatikan gambar 6.82 rangkaian regulator pada PCB TV . Pada umumnya catu daya pesawat televisi mempunyai output tegangan sebesar 115v, 24v, 12v, dan 5v.
Tanda Panah Menandakan Komponen yang Mudah Rusak.
b. TV dan lampu indikator mati total serta terdengar suara derit getaran trafo switching.
- Rangakian horisontal biasanya yang mudah rusak adalah trafo flyback, transistor horisontal dan kapasitornya
Garis Daerah Merah Menunjukan Komponen
yang Mudah Rusak pada Rangkaian Horisontal.
c. Lampu indikator hidup tapi
TV tak dapat dioperasikan.
- Rangkaian horizontal.
- Rangkaian regulator, biasanya dioda pembatas tegangan rusak.
d. Tak ada raster tapi suara normal (layar tetap gelap).
- Rangkaian penguat video, rangkaian penguat cahaya, rangkaian tegangan tinggi atau CRT
Daerah Tegangan Tinggi
- Rangkaian regulator, biasanya dioda pembatas tegangan rusak.
d. Tak ada raster tapi suara normal (layar tetap gelap).
- Rangkaian penguat video, rangkaian penguat cahaya, rangkaian tegangan tinggi atau CRT
Daerah Tegangan Tinggi
CRT (Catode Ray Tube)
Filamennya Mudah Putus
e. Raster satu garis horizontal.
- Rangkaian vertikal dan osilatornya.
- Rangkaian defleksi vertikal.
f. Garis strip-strip hitam pada layer yang tak dapat hilang.
- Rangkaian osilator horizontal, bia- sanya kapasitor elektrolit yang sudah kering (terlihat kusam / pecah).
- Pada TV yang baru jarang dijumpai, biasanya disebabkan komponen yang sudah termakan umur.
Gambar Strip Hitam Tidak Dapat Hilang dari Raster Meskipun Sinkronisasi Telah Disetel.
g.Sebagian gambar tergeser horisontal.
- Rangkaian sinkronisasi, rangkaian buffer video dan rangkaian AGC. Bia- sanya kapasitor elektrolit yang kering atau dioda yang bocor
h. Gambar bergerak terus ke atas / ke bawah
- Rangkaian osilator vertikal. TV yang baru terjadi akibat kapasitor keramik- nya bocor.
i. Garis hitam miring dan ber- gerak ke atas / ke bawah terus.
- Rangkaian pemisah sinkronisasi, rangkaian penguat sinkronisasi, rangkaian AGC dan rangkaian penghapus noise.
j. Gambar menyempit
Menyempit Kiri / Kanan
- Rangkaian output catu daya, rang- kaian defleksi horisontal dan kum- paran yoke.
- Rangkaian output catu daya, rang- kaian defleksi horisontal dan kumparan yoke.
k. Pelebaran Horisontal
Gambar Melebar
- Potensio
pengontrol lebar horisontal, rangkaian catu daya
dan tegangan anoda CRT.
l. Pemendekan tinggi gambar
Gambar Memendek
- Potensio Vsize dan Vline dan rangkaian defleksi vertical (tran- sistornya).
m. Gambar memanjang vertikal
- Rangkaian defleksi vertikal, potensio pengatur vertikal atau elko yang sudah kering
Langganan:
Postingan (Atom)